Description
Aku menghela napas. Rasanya berat sekali untuk sekadar bangun dari lantai, tetapi kupaksakan tubuhku untuk berdiri. Setelah menoleh kanan-kiri untuk melihat situasi, aku beranjak pergi dari kelas dan menuju ke ruang unit kesehatan. Kusentuh pipi kananku ini. Saat kulihat tanganku, ada noda merah segar. Wah, kukira takkan separah ini tonjokannya. Kalau begini jadinya, pasti ada bekas memarnya, dan akan lama hilangnya.
Sebelumnya, aku juga pernah menerima luka separah ini. Namun, saat itu aku dikeroyok oleh siswa-siswa berandal di sekolahku dulu. Tak kusangka jika lelaki yang menghajarku tadi bisa menghasilkan luka serupa dengan sekali hantaman. Apakah dia seorang atlet silat? Ahli taekwondo atau semacamnya? Memikirkan hal itu, aku jadi tertawa-tawa sendiri dalam hati. Mengapa aku harus memedulikannya?